Beaconacademy – Dalam dunia seleksi masuk perguruan tinggi, Universitas Indonesia (UI) selalu menjadi sorotan utama. Ribuan peserta dari seluruh Indonesia berjuang mengikuti SIMAK UI, salah satu jalur mandiri paling bergengsi yang diselenggarakan universitas negeri tersebut. Tapi sayangnya, ketatnya persaingan tak jarang membuat sebagian pihak nekat mengambil jalan pintas.
Baru-baru ini, UI Temukan Peserta Curang tegas menggugurkan peserta yang terbukti melakukan kecurangan dalam ujian SIMAK UI 2025. Informasi ini diumumkan langsung oleh pihak kampus melalui laman resminya dan menjadi pembahasan hangat di kalangan pelajar dan orang tua.
Sebagai seorang pengamat dan influencer yang aktif membahas isu seleksi masuk PTN, saya menilai langkah UI ini berani, tegas, dan harus diapresiasi. Tapi lebih dari itu, kasus ini membuka mata kita soal potensi pemerasan dan penipuan berkedok jasa “bimbel jamin masuk”.
Kronologi Pengguguran Peserta Curang
Sistem UI Deteksi Anomali
UI menyampaikan bahwa kecurangan terdeteksi melalui sistem pengawasan ujian daring yang dilengkapi teknologi pendeteksi gerak, audio, dan screen monitoring. Dalam beberapa kasus, ditemukan peserta yang menggunakan perangkat tidak sah seperti earpiece tersembunyi atau menerima bantuan jawaban dari pihak ketiga secara daring.

Setelah dilakukan verifikasi data dan investigasi internal, sejumlah peserta langsung dinyatakan gugur, meskipun telah dinyatakan lulus sebelumnya. Nama-nama mereka dicoret dari daftar penerima pengumuman akhir, dan tidak diberikan kesempatan banding.
Bentuk Kecurangan yang Terjadi
Beberapa modus curang yang berhasil diungkap antara lain:
- Menggunakan joki online yang mengakses soal melalui screen share
- Earpiece mini yang ditanam di telinga untuk menerima jawaban
- Pemalsuan identitas peserta dengan memanfaatkan data KTP palsu
- Menggunakan dua perangkat atau akun berbeda saat ujian berlangsung
UI Imbau Waspada Modus Pemerasan
Banyak “Jasa Bimbel” yang Menjanjikan Masuk PTN
Dalam rilisnya, UI juga mengingatkan masyarakat, terutama orang tua dan calon mahasiswa, untuk tidak tergiur jasa bimbel atau oknum yang menjanjikan bisa “meloloskan” ke PTN dengan membayar sejumlah uang. Praktik seperti ini rawan menjadi modus pemerasan.
Beberapa orang tua peserta bahkan dilaporkan mengalami tekanan secara psikologis karena diminta mentransfer puluhan juta rupiah oleh pihak yang mengaku “bisa bantu meluluskan anak Anda di UI”.
“UI tidak pernah bekerja sama dengan pihak manapun untuk menjamin kelulusan peserta SIMAK. Jika ada yang mengaku bisa bantu lulus dengan bayar sekian juta, itu jelas penipuan,” tegas pihak kampus.
Ciri-Ciri Modus Penipuan yang Sering Terjadi
- Mengaku sebagai “orang dalam UI”
- Menawarkan “akses jawaban SIMAK UI asli”
- Menyebarkan testimoni palsu dari akun anonim
- Meminta DP atau transfer dana dengan alasan “uang pelicin”
Konsekuensi Hukum dan Moral
Tidak Hanya Gugur, Bisa Dipidana
Bagi peserta yang terbukti curang, risikonya bukan hanya gugur dari seleksi, tetapi juga bisa dilaporkan ke kepolisian atas dasar pemalsuan identitas dan penipuan akademik. UI juga menyatakan akan mempertimbangkan langkah hukum jika terbukti ada jaringan joki atau bimbingan belajar yang terlibat dalam kasus ini.
Selain itu, catatan akademik peserta bisa terstigma permanen di berbagai kampus, mengingat banyak PTN kini saling berbagi data seleksi dan black list peserta curang.
Menghancurkan Integritas Pendidikan
Kecurangan seperti ini tidak hanya mencoreng nama baik UI, tapi juga merusak semangat keadilan dan meritokrasi dalam sistem pendidikan Indonesia. Banyak peserta lain yang telah berjuang jujur dan gagal, merasa kecewa jika pelaku kecurangan bisa lolos tanpa sanksi tegas.
Edukasi Literasi Seleksi Harus Ditingkatkan
Peran Sekolah dan Orang Tua
Pihak sekolah diharapkan lebih aktif memberikan edukasi kepada siswa kelas 12 mengenai:
- Etika mengikuti ujian nasional dan seleksi masuk PTN
- Bahaya tergiur “jalan pintas”
- Cara mengenali tawaran bimbel palsu
Orang tua juga perlu ikut mengawal proses belajar dan seleksi anak dengan tidak terlalu fokus pada hasil, melainkan proses dan integritas.
Kampus Perlu Gandeng Platform Edukasi
Langkah UI dalam merespons kasus ini bisa menjadi contoh bagi kampus lain. Ke depan, kampus perlu menggandeng platform digital edukatif dan influencer pendidikan untuk mengedukasi calon mahasiswa secara preventif.
Jangan Cari Jalan Pintas, Bangun Jalan Juang
Sebagai orang yang telah lama mengikuti perkembangan seleksi masuk perguruan tinggi, saya percaya kelulusan sejati bukan soal masuk kampus impian, tapi soal bagaimana kita menjalaninya dengan jujur dan bermartabat.
UI sudah memberi contoh bagaimana kampus seharusnya bersikap: tegas namun tetap edukatif. Ini saatnya kita semua – siswa, guru, orang tua, bahkan masyarakat umum – ikut mengawal agar seleksi masuk PTN tetap bersih dari praktik curang dan pemerasan.
Jika kamu peserta SIMAK UI atau calon mahasiswa jalur mandiri lainnya, percaya pada usahamu sendiri, jangan gadaikan masa depan demi tawaran instan. Karena sejatinya, dunia kampus adalah tempat lahirnya pejuang intelektual, bukan pelaku tipu-tipu.